Postingan Terunggul Hari Ini

Suasana Pada Masa lalu Membawa Mendung

Terpendam rindu mendayung kalbu, hati-hati untuk kusentuh, takut-takut bisa menyakiti. Sayup-sayup hening menyapa, mengantar roh pada masa i...

Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri | Keterkaitan Sarana Transportasi dengan Aglomerasi Industri

Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri - Setelah mempelajari Pengelompokkan Kecendrungan Industri berdasarkan Jenis Industri, berikut kita mempelajari Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri. Lokasi Industri merupakan suatu tempat atau wilayah di permukaan bumi dengan segala unsur-unsurnya, baik unsur fisik maupun sosial yang memberikan kontribusi terhadap kelancaran dan perkembangan kegiatan industri secara optimal dari segi ekonomi. Unsur-unsur tersebut merupakan faktor lokasi yang meliputi bahan mentah atau bahan baku, modal, tenaga kerja, sumber energy, transportasi, pasar, teknologi, iklim, sumber air, perautan dan perundang-undangan.

Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri
Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri


Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan,  Mengingat tidak semua unsure yang mendukung kegiatan industri tersedia dan mudah diperoleh di suatu tempat. Apabila suatu industri didukung oleh faktor-faktor tersebut secara lengkap maka kegiatan industri tersebut akan menguntungkan. Pada kenyataanya, lokasi industri yang ideal (yang memenuhi semua persyaratan) jarang ditemukan. Karena itu, penempatan lokasi industri harus memilih diantara tempat-tempat yang paling menguntungkan.

Akibat adanya kerterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah aglomerasi industri. Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerjainan dibangun di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk ; Industri berat yang memerlukan bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati sumber bahan mentah.

Pemusatan Industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan mentah, energy, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang relative murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi industri.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, terjadinya aglomerasi industri antara lain :
1. Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi
2. Kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu
3. Adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah
4. Adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang lengkap
5. Adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk

Aglomerasi industri yang muncul di suatu kawasan, dapat diakibatkan oleh faktor alamiah dan dapat juga diakibatkan secara disengaja dengan perencanaan yang matang. Aglomerasi industri yang terbentuk secara alamiah yaitu apabila pemusatannya diakibatkan secara kebetulan karena lokasi tersebut memiliki beberapa faktor yang menunjang dan dibutuhkan dalam proses perkembangan industri. Aglomerasi yang terbentuk secara disengaja, yaitu karena berdasarkan hasil perencanaan tata ruang yang dilengkapi berbagai kebutuhan yang menunjang dalam proses perkembangan industri.

Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri  -

Model Aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat dikategorikan menguntungkan, diantaranya :
1. Mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam penangannya.
2. Mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan di sekitar pinggiran kota.
3. Memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati.
4. Tidak menganggu rencana tata ruang
5. Dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.

Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan industri atau sering disebut industrial estate, yaitu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan saran dan prasarana, misalnya : Lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat pula fasilitas penunjang lain, misalnya listrik, air, telepon, jala, dan tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri.

Pada awalnya, fasilitas penunjang kegiatan industri pada kawasan aglomerasi industri hanya dikuasai oleh pemerintah. Tetapi, sekarang perusahaan swasta sudah diberikan wewenang untuk mengelolanya. Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (Aglomerasi yang disengaja), antara lain untuk mempercepat pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industi agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan. Misalnya : Beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain medan, Cilegeon (Banten), Pologadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan Makassar.

Selain kawasan Industri, dikenal juga istilah kawasan berikat (Bonded Zone). Kawasan berikat (Bonded Zone) merupakan suatu kawasan dengan batas tertentu di dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalau lintas pabean dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan Negara lainnya, sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor dan ekspor. Kawasan berikat berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang yang berasal dari dalam atau luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan Berikat Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung dan Batam.

-          Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri

Sehubungan dengan kawasan berikat, juga terdapat istilah industri berikat (Industrial Linkage), yaitu beberapa industri yang memiliki keterikatan ke dalam suatu industri utama. Keterikatan antara satu industri dengan industri lainnya dapat terjalin dari elemen-elemen (Lahan, modal, mesin, tenaga kerja, informasi, pasar, transportasi, dan unsur lainnya) yang terkait dengan pengoprasian industri. Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang menyebabkan terjadinya industri berikat, yaitu :

1. Keterkaitan produk
2. Keterkaitan Jasa
3. Keterkaitan Proses
4. Keterkaitan subkontrak

Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen.  Dalam hal ini garamen sebagai industri utamanya. Sedangkan di sekitar industri garmen tersebut akan dikelilingi oleh industri-industri lain yang berfungsi sebagai penunjang, misalnya : Industri tekstil, industri kancing, reslasting, dan asesoris lainnya. Adanya keterkaitan antara industri yang berada pada suatu tempat tidak hanya dapat menekan biaya transport, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan dan keberlangsungan industri-industri tersebut.

Keterkaitan Sarana Transportasi dengan Aglomerasi Industri

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia selama ini. Manusia sebagai makhluk dinamis, senantiasa terus bergerak dan berusaha dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Awal kehidupan manusia, hanya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan primer saja (makan dan minum), seperti melalui kegiatan berburu, meramu dan sistem pertanian berpindah-pindah(normad). Kebiasaan ini berjalan cukup lama dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses kehidupan tersebut merupakan pendidikan dan pembelajaran seiring dengan terus meningkatnya jumlah populasi manusia dan terus meningkatnya kebutuhan hidup.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup pada kondisi jumlah penduduk yang semakin padat maka mulai ditemukan berbagai temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang percepatan pemenuhan kebutuhan tersebut. Hasil perkembangan iptek tersebut diantaranya dalam bidang transportasi.
Aktivitas ekonomi sekarang ini, baik yang berhubungan dengan pertanian, perdagangan, jasa maupun industri, kelangsungannya tidak terlepas dari transportasi. Di Negara-negara maju, misalnya : Di eropa dan amerika, lengkapnya sarana dan prasarana transportasi telah mendukung keberhasilan sebagai Negara-negara industri. Pada Negara-negara yang hanya memiliki beberapa jala raya, pertukarang barang terjadi dalam skala kecil dan kebanyakan merupakan produk local. Seandainya, sarana dan prasarana transportasi dikembangkan, keuntungan akibat pertukaran barang dapat ditingkatkan. Sebagai contoh di perancis, awalnya kebanyakan petani menanam anggur karena dianggap lebih berharga dan sangat menguntungkan, sedangkan kebutuhan akan gandum lebih baik didatangkan dari Negara lain. Dengan demikian, transportasi merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menggerakkan dan menunjang aktivitas masyarakat, barang dan jenis lainnya yang dianggap berharga oleh masyarakat dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Keberadaan transportasi di permukaan bumi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan keadaan populasi  penduduk. Hal ini, dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk di suatu tempat, pergerakan (mobilitas) pun semakin kompleks di tempat tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan berkembangnya sistem transportasi dari waktu ke waktu, antara lain sebagai berikut :
1. Sumber daya alam yang tersedia tidak tersebar secara merata, sehingga terjadi pergerakan manusia mencari dan mencapai lokasi alam yang dibutuhkan.
2. Jumlah dan penyebaran penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya tidak sama sehingga terjadi saling membutuhkan dan dibutuhkan diantara penduduk yang satu dengan penduduk yang lainnya.
3. Adanya perbedaan kualitas dan kemampuan masyarakat, sehingga ada sekelompok masyarakat yang memiliki teknologi yang tinggi dan ada pula sekelompok masyarakat yang teknologinya masih konvensional.
4. Adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan, sehingga adanya perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat, yang saling membutuhkan sarana transportasi untuk menunjang kehidupannya.

Adanya transportasi memungkinkan berhubungan antardaerah, hubungan antar-hinterland dan foreland, serta menimbulkan dampak sosial-ekonomi penduduk dan penggunaan lahan. Keberadaan sarana dan prasarana transportasi tidak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor geografi, diantara sebagai berikut :
1. Iklim
Kondisi iklim berpengaruh sangat besar pada kelancaran transportasi, terutama transportasi laut dan udara. Adanya badai topan, kabut, hujan, salju maupun asap tebal memungkinkan terganggunya penerbangan dan pelayaran yang akan dilakukan. Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi mengakibatkan pemeliharaan jalan raya dan kereta api menjadi lebih tinggi, jalan akan cepat rusaak akibat aliran air dan banjir. Bahkan fenomena perubahan fungsi jalan pada waktu hujan sebagai sungai merupakan fenomena yang sering terjadi, akibat tidak disiplinnya masyarakat dalam membersihan saluran air dan membuang sampah tidak pada tempatnya.
2. Struktur geologi
Kondisi batuan di tiap wilayah berbeda-beda, ada wilayah yang memiliki kondisi batuan yang stabil dan ada juga daerah yang memiliki kondisi batuan yang tidak stabil. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan jalan. Jalan yang berada di daerah labil cenderung cepat rusak. Hal inni akan mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan. Sebaliknya, jalan yang berada di daerah yang stabil cenderung lebih awet.
3. Keadaan Morfologi
Keberadaan morfologi suatu daerah sangat berpengaruh pada sarana transportasi darat. Misalnya : di daerah perbukitan sampai pegunungan yang selalu labil dan berkelok-kelok akan mengakibatkan pembuatan dan pemeliharaan jalan menjadi mahal. Selain itu, diperlukan prasarana lain, misalnya : Jembatan dan terowongan. Begitu juga keberadaan morfologi dasar laut sangat berpengaruh pada kecepatan kapal, besarnya muatan kapal dan pembuatan dermaga atau pelabuhan.
4. Faktor sosial
Keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi pada dasarnya merupakan tuntunan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, misalnya : bepergian ke tempat kerja, sekolah, belanja dan hubungan sosial, bisnis, rekreasi, dan lain-lain. Semua itu, melahirkan tuntunan adanya sosial angkutan dan rute-rute kendaraan yang efisien, aman dan nyaman.
5. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi sebagai hasil dari pertumbuhan industri dan aktivitas komersial lainnya telah mendorong semakin meningkatnya kebutuhan akan transportasi. Semakin tinggi dan kompleks aktivitas atrau kemajuan ekonomi suatu masyarakat dapat dilihat atau diukur dari kondisi jaringan transportasinya. Jalan yang lebar,pelabuhan dan bkamura sangat berkolerasi dengan membaiknya keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya.

6. Keadaan politik dan kebijaksanaan pemerintah

7. Tenologi yang dimiliki.



Tag: Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri

Silahkan Masukkan Email anda Untuk Update Fakta Lainnya:

0 Response to "Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri | Keterkaitan Sarana Transportasi dengan Aglomerasi Industri"

Post a Comment

Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)

TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA